Tahun 2020 sudah hampir berakhir. Masih ada beberapa hari lagi sebelum berganti menjadi 2021. Tahun ini berat sekali rasanya, tapi tidak ada salahnya kita bersiap untuk kemungkinan yang lebih berat di tahun depan.

Lalu apa kabar K?

Sampai tulisan ini dibuat, kami semua masih baik-baik saja. Begitu juga K. Beberapa kali kondisi kami agak drop, tapi untungnya tidak sampai parah. Terutama karena cuaca yang mulai tak menentu memasuki musim hujan.

Meskipun dalam situasi yang tidak menyenangkan, kami masih boleh menikmati berkat dari Tuhan karena kesehatan K tetap baik dan ia telah berhasil meraih prestasi bagi dirinya sendiri.

Apa saja yang sudah dilakukan K di tahun 2020 ini? Terutama setelah K menginjak umur tiga tahun sejak bulan Agustus lalu.

Sudah bisa naik sepeda

Sebelum umurnya yang ketiga tahun, K sama sekali tidak pernah belajar naik sepeda, termasuk sepeda roda tiga. Saya tidak terlalu setuju kalau K dibelikan sepeda roda tiga karena akan membuatnya malas berjalan dan berlari, serta mengurangi kemampuan tubuhnya membuat keseimbangan.

Diskusi berlanjut saat saya dan istri akhirnya sepakat untuk membelikan sepeda roda empat sebagai hadiah ulang tahun ketiga. Mau beli ukuran sepeda yang mana? Secara umur, seharusnya K dibelikan sepeda ukuran 14 inch, tapi kalau melihat tinggi badannya, saya yakin K bisa mengendarai sepeda ukuran 16 inch.

Keyakinan saya sempat pudar saat K kesulitan belajar naik sepeda. Dia kesulitan mengayuh sepedanya, tapi berkat kesabaran Becca khususnya, K akhirnya lancar mengendarai sepedanya, meskipun masih “rawan kecelakaan” karena sering tidak fokus sehingga arah laju sepeda keluar dari jalur yang aman.

Sudah bisa menulis?

Saya tidak pernah mengajari K menulis sebab menurut saya terlalu dini. Tapi ternyata K adalah pemerhati dan peniru yang ulung. Tanpa kami sadari, selama K menonton tivi di jam tertentu, ia memperhatikan bentuk huruf yang dilihatnya di tontonan favoritnya.

Lalu kemudian menirukan huruf-huruf yang ia lihat tersebut di atas kertas. Makanya kami kaget juga saat suatu hari K bisa mengeja dan menulis nama tokoh yang sering ia tonton: BLIPI.

Sejak itu, ibunya suka gregetan untuk mulai mengajari K menulis huruf lain. Saya sendiri masih tidak terlalu ambisius untuk melakukan itu, tapi saya mendukung saja selama K menikmati pelajaran itu.

Berpisah dengan popoknya

Melatih K pee dan pup di toilet sebenarnya cukup sulit. Dia selama ini sangat nyaman dengan popoknya. Dia bisa buang air kapan dan dimana saja selama memakai popoknya. Tapi belakangan popoknya sering bocor.

Akhirnya kami “memaksanya” untuk pee setiap kali mandi. Mau berlama-lama di kamar mandi pun kami tetap tunggu, karena K cenderung menahan pee. Dia agak tidak nyaman dengan pee-nya sendiri. Lama-lama K mulai terbiasa pee saat waktunya mandi dan sebelum tidur.

Sejak K sudah bisa pee di toilet, K mulai kami pakaikan celana dalam. Masalah selanjutnya adalah mengajari K pup. Beberapa kali K pup di celana dalamnya.

Kami tahu K akan pup setiap dua hari sekali, tapi kami tidak tahu jamnya. K bisa pup kapan saja di harinya dia harus buang air besar.

Beberapa kali kami kecolongan karena K bisa pup sambil bermain atau belajar. Misalnya saat bermain mobil-mobilan, tiba-tiba ia berkata, “K pup

Akhirnya saya dan Becca mulai benar-benar memperhatikan apa tanda-tanda K saat ingin pup.

Nah saat K menunjukkan gelagat ingin pup, kami akan ajak dia ke toilet. Sekarang K sudah mulai rutin pup di kloset. Kami tinggal menunggu teriakannya dari toilet, “K sudah pup

Sekarang kami sedang mengajari K ciri-cirinya mulas atau hasrat ingin pup, supaya dia bisa memberi tahu kami lebih awal untuk mengajaknya ke toilet.

Tapi…

Di balik semua pencapaian K di atas, ada satu hal yang justru mengalami kemunduran. K mulai lupa beberapa lagu-lagu anak yang dulu dia hafal. Kebanyakan lagu-lagu berbahasa Indonesia seperti Bintang Kejora, Burung Ketilang, bahkan lagu Pelangi-Pelangi, mulai pudar dalam ingatannya.

Padahal setiap malam menjelang tidur, Becca masih menyanyikan lagu-lagu itu untuknya. Mungkin K memang tidak terlalu tertarik lagi dengan lagu-lagu itu, karena ia sekarang lebih menikmati lagu-lagu anak berbahasa Inggris.

Sombong amat!

***

Semoga tahun 2020 juga menjadi tahun yang tetap penuh berkat bagi semua anak dan orang tua dimana pun. Semoga di balik pandemi yang belum nampak ujung akhirnya, Tuhan selalu berkenan memberkati kita semua dengan segala kebaikan-Nya.

Digiprove sealCopyright secured by Digiprove © 2020 Kayika Pushandaka