Kayika Bikin Panik
Hari Jum’at sore kemarin (8/12), bapak dan ibu pulang dengan penuh semangat. Ingin segera bertemu kamu di rumah. Tapi apa yang kami dapati di rumah, malah membuat kami panik.
Bapak masuk rumah saat waktu menunjukkan sekitar pukul 18.30, sementara kamu tengah tertidur. Sebenarnya hal yang cukup sering bapak jumpai saat bapak pulang kantor.
Tapi tidurmu kemarin berbeda.
Badanmu lemas dan nampak lemah. Bapak coba memancing respons tubuhmu dengan menciumi, menggelitik dan sedikit menggerakkan badanmu, tapi hampir tidak ada respons.
Biasanya, kalau kamu sedang tidur, trus bapak menciummu, kamu akan menggeliat memalingkan wajahmu menjauhi wajah bapak, atau menggerakkan tanganmu seperti ingin menjauhkan bibir bapak dari wajahmu. Tapi kemarin kamu diam saja, tidak bergerak.
Menurut Bu Jun, yang mengurusimu selama kami di kantor, kemarin kamu lebih banyak tidur. Tidak seperti biasanya.
Bahkan Bu Jun harus membangunkanmu untuk minum asi dalam botol. Padahal biasanya setiap beberapa jam kamu akan selalu menagih asi yang telah disiapkan ibumu di pagi hari.
Sejak hari sebelumnya, nafasmu berbunyi grok grok karena sesuatu yang normal, kata dokter, tapi kemarin tidak terdengar. Bukan karena penyebab grok grok sudah tidak ada, tapi lebih karena nafasmu seperti melemah.
“Ini nggak bener” kata bapak kepada ibu. Sementara kamu masih terkulai lemas.
Ibu segera menelepon dokter anak yang biasa kita kunjungi untuk imunisasi atau vaksin. Tapi bu dokter tidak bisa memutuskan apa-apa karena harus melihat kondisimu secara langsung.
Dokter menyarankan, “Bawa anak ke dokter sekarang juga agar lebih pasti”
Bapak masih berusaha membangunkanmu, saat ibu mempersiapkan diri. Biasanya, dengan sedikit guncangan, kamu akan segera terbangun, tapi kemarin kamu benar-benar seperti tidak berdaya.
Kepalamu terkulai lemah di bahu bapak.
Giliran bapak yang bersiap, ibumu juga berusaha membangunkanmu dengan memanggil namamu. Bahkan hampir berteriak di dekat telingamu. Tetap tidak ada respons.
Bapak mulai panik. Suara ibumu juga mulai bergetar saat memanggil namamu. Kami hanya ingin kamu membuka matamu dan memberi sedikit respons.
Sambil memesan taksi melalui aplikasi smartphone, bapak dan ibu segera membawamu ke luar. Di dalam lift, kami bertemu 2 petugas security apartemen yang dengan sigap membantu mencarikan kendaraan.
Maafkan bapak, belum bisa menyediakan mobil untukmu.
Beruntung ada seorang sopir taksi online bersedia mengantarkan ke rumah sakit tanpa perlu memesan melalui aplikasi. Kita pun berangkat ke rumah sakit Bunda Aliyah, tempat dimana kamu dilahirkan.
Selama perjalanan, kami terus berusaha menggugahmu. Sesekali kamu membuka matamu, tapi seketika itu juga kembali terkulai lemah.
Sampai akhirnya, saat mobil semakin dekat menuju rumah sakit, kamu membuka matamu lebar-lebar. Kamu menatap kami, seperti bingung dengan apa yang terjadi.
Kami berusaha mencegahmu untuk tidur kembali.
Nafasmu mulai terdengar normal, dengan sesekali bunyi grok grok dari tenggorokanmu. Matamu mulai responsif saat kami memanggilmu.
Kamu mulai berceloteh lagi.
Beberapa menit kemudian kita tiba di rumah sakit. Ibu segera membawamu ke ruangan gawat darurat. Seorang petugas perawat mulai memeriksa kondisimu.
Semua nampak normal, katanya. Berat badanmu juga ditimbang, hasilnya 7.3kg, cukup besar untuk bayi seumurmu.
Akhirnya dokter jaga memeriksamu. Menurutnya tidak ada sesuatu yang gawat. Tapi kami yakin, kamu tidak dalam kondisi yang wajar saat di rumah.
***
Nak, kami adalah orang tua yang tidak berpengalaman.
Tentu saja.
Kamu adalah anak pertama kami.
Tapi menurut bapak, mengurus anak tidak bisa sepenuhnya mengandalkan pengalaman, karena setiap anak memiliki kebutuhan dan daya tahan yang berbeda-beda.
Apa yang kami lakukan untukmu, adalah semata-mata karena naluri kami ingin melindungimu. Walaupun mungkin sebagian orang menganggapnya berlebihan.
Semoga tidak ada lagi kejadian seperti kemarin. Sangat menakutkan buat kami.
Sehat terus ya, nak.
