Saat Awal Kedatanganmu
Pagi itu, di bulan Januari 2017, ibumu bangun lebih dulu. Saat bapak menyusul beberapa menit setelahnya, ibumu menunjukkan sesuatu.
Ibu menunjukkan test pack dengan dua strip merah. Kami berdua diam beberapa saat.
“Positif ya?” tanya bapak.
Bapak beneran tidak tahu apa arti dua strip itu. Sebenarnya tahu sih, tapi masih sering terbalik, dua strip itu berarti positif atau negatif.
Ibumu cuma mengangguk. Matanya berkaca-kaca karena dia memang sudah sangat menunggu kedatanganmu. Bapak pun gitu.
Tapi jujur saja nak, waktu itu bapak tidak cuma bahagia mendapat kabar itu, tapi juga bingung. Masa itu, bapak baru saja habis-habisan untuk menyiapkan rumah tinggal untuk kita. [Baca: Rumah Kita]
Di tengah kebingungan itu, bapak beruntung punya ibumu yang mendampingi. Dia selalu mendukung untuk melakukan banyak penghematan demi menabung lagi untuk menyambutmu.
Misalnya dengan mengurangi pesan Go Food untuk makan, tapi memasak sendiri di rumah. Nak, masakan ibumu luar biasa enaknya. Walaupun kadang-kadang keasinan.
Kembali ke hasil test pack itu, kami pergi ke dokter kandungan di salah satu rumah sakit di seputaran Kuningan. Ibumu kaget dan sedih saat dokter bilang, tidak ditemukan apa-apa di dalam rahimnya. Bapak juga sedih, tapi mungkin dokternya lebih tahu.
Bahkan pak dokter waktu itu merekomendasikan obat untuk merangsang haid, karena waktu itu ibumu sudah cukup lama tidak mengalami haid. Terakhir haid pada pertengahan bulan November.
Kami memutuskan untuk mencari second opinion.
Maka seminggu kemudian kami pergi ke dr. Alesia Novita SpOG. Melalui dokter Ale, panggilannya, akhirnya kami melihatmu pertama kali. Tampilan ultrasonography menunjukkan bahwa kamu telah hadir di dalam rahim ibumu.
Bapak lihat ibumu sangat bahagia. Bapak juga, walaupun tetap bercampur bingung tadi. Tapi bapak kesampingkan pikiran lain, kecuali berdoa kepada Tuhan bahwa kamu akan tumbuh sehat, kuat dan sempurna di dalam sana.
Maka sejak itu, kami mempersiapkan segalanya untukmu. Mungkin belum sempurna, tapi kami berusaha semampu kami.
Terutama ibumu. Dia pertaruhkan semua yang dia punya untukmu. Kamu harus tempatkan ibumu di atas segalanya dalam hidupmu nanti.
Suatu hari bapak akan bercerita tentang ibumu.
Dan kini, kamu sudah hadir di tengah-tengah kami berdua, nak. Kamu akan selalu melengkapi kami.
Terima kasih Tuhan, untuk hadiah yang tak ternilai harganya ini. Kami akan selalu menjaganya sebaik yang kami mampu.
