Rindu Setengah Mati
Pagi ini di Jakarta, saat adzan subuh berkumandang di luar sana, bapak tidak bisa tidur. Bapak mendengar suaramu di dalam kamar, tapi bapak cuma bisa melihatmu dari luar takut menyentuhmu.
Hai Kayika, semoga kamu selalu dalam keadaan sehat.
***
Nak, tiga minggu kehadiranmu dalam hidup bapak dan ibu, bapak tidak banyak bisa memilikimu. Banyak hal yang membuat bapak kehilangan banyak waktu denganmu.
Beruntung masih ada ibumu. Juga oma yang membantu ibumu.
Sebelum operasi kelahiranmu, bapak sudah siapkan cuti yang banyak agar bisa bersamamu. Juga membantu ibumu yang mungkin akan masih berat untuk banyak bergerak pasca operasi.
Tapi ternyata kamu harus mendapat perawatan intensif di NICU beberapa hari. Akhirnya bapak menghabiskan masa cuti berdua di rumah bersama ibumu, sementara kamu tetap di rumah sakit.
Saat kamu sudah boleh pulang dari rumah sakit, bapak harus batalkan cuti selanjutnya karena bapak dilantik untuk jabatan baru. Tidak cuma itu, bapak juga harus bekerja ekstra karena ada suatu urusan tugas yang harus disiapkan minggu itu juga.
Maka, minggu kedua kelahiranmu, bapak pun kehilangan banyak masa untuk menggendongmu, memelukmu. Beruntung bapak masih sempat mengganti pampers-mu saat lewat tengah malam.
Minggu ketiga, bapak harus pergi ke luar negeri. Sama sekali jauh darimu. [Baca: Kalau Boleh Memilih]
Hanya lewat foto dan video kiriman ibumu yang menjadi obat rindu bapak. Itu pun seringkali bapak tidak bisa melihatmu dengan jelas karena linangan air mengaburkan mata bapak.
Bapak cuma menyemangati diri, sepulang dari tugas, bapak akan lebih sering memelukmu. Bapak berusaha menikmati waktu di sana, agar waktu seminggu terasa lebih cepat berlalu.
Tapi apalah daya, dari sana bapak malah membawa sakit ke rumah. Kondisi cuaca dan suhu yang tidak baik di sana, akhirnya melemahkan kesehatan bapak.
Di saat hari kepulangan ke Jakarta, bapak malah sakit. Flu berat.
Hari ini, memasuki minggu keempat umurmu, bapak harus menjaga jarak darimu. Tidur di ruangan terpisah denganmu.
Sedih sekali rasanya. Membiarkan ibumu sendirian mengurusimu. Bapak ingin membantu, memeluk, mencium, mengganti pakaianmu atau sekadar memakaikan bedong, tapi bapak tidak ingin menyakitimu.
Saat mendengar tangismu, bapak ingin segera menghampiri. Tapi bapak urungkan niat itu demi menjauhkan flu sialan ini darimu.
Sekali lagi, bapak cuma bisa menyemangati diri agar segera sembuh. Bapak ingin berada di dekatmu sesering mungkin.
Bapak merindukanmu setengah mati. Tapi bapak yakin, Tuhan akan sediakan banyak waktu untuk kita habiskan bersama setelah bapak sembuh.
Bareng ibumu juga pastinya. Kita bertiga.
Amiin.
