Menumbuhkan Sikap Berbagi
Seringkali ide bermain bersama K jadi berantakan karena K tidak mau berbagi. “Ini punya K!” begitu pekiknya.
Tapi itu dulu.
Pada awalnya, K adalah anak yang sangat egois, tidak mau berbagi banyak hal yang ia sukai.
Tentu saja wajar, karena K belum mengerti pentingnya berbagi serta nilai kebaikan yang terkandung pada sikap tersebut.
Apalagi teman bermain K di rumah semuanya orang dewasa, yaitu saya dan Rebecca, orang tuanya. K belum memiliki adik.
Sepupu terdekat K tinggal di Mampang, yang di kondisi seperti sekarang tentu tak mudah untuk saling bertemu dan bermain bersama.
Itu pun usianya terpaut beberapa tahun, K lebih muda.
Status K sebagai anak tunggal dan sepupu termuda juga menyuburkan sikap tidak mau berbagi.
Pernah pula terjadi drama air mata, saat K tak mau mengalah dan berebutan satu mainan dengan sepupunya.
Seiring pertumbuhan kecerdasan dan emosi serta bertambahnya usia K, ia mulai mengerti mengapa sikap berbagi itu baik dan penting dilakukan.
Kami memberitahunya, baik dalam suatu permainan, tontonan televisi maupun di dalam cerita sebelum tidur, bahwa sikap egois hanya akan menjauhkannya dari teman-teman yang baik.
“Tak ada yang mau bermain bersama K kalau tidak mau berbagi dan bergantian saat bermain bersama” begitu kira-kira yang kami sampaikan.
Saat nasihat tersebut tak dilakukannya, kami biasanya mengancam tak mau lagi bermain bersamanya. Sehingga K mengalah dan akhirnya mau bergantian.
Misalnya saat bermain bola, K sudah mulai bisa menerima saat dia harus menunggu giliran menguasai atau memainkan bola.
Begitu juga pada permainan lainnya, seperti mewarnai, dimana ia harus menunggu saat ingin mengambil crayon yang sedang saya pakai.
Tapi tentu ada batasan-batasan yang juga kami ajarkan kepada K terkait sikap berbagi ini. Misalnya, kita tak boleh memaksa orang lain untuk membagi miliknya yang kita maui.
Terutama makanan.
Beruntung K tidak terlalu resek saat melihat anak lain sedang memainkan sesuatu atau menikmati makanan yang menarik perhatian K.
K tak terlalu banyak menuntut sejauh ini.
Cuma beberapa kali dia suka memalak makanan saya, apalagi kalau menunya telur.
K suka sekali telur.
Sepanjang Tuhan berkenan, tentu masih panjang lagi jalan bagi kami untuk saling belajar dan membiasakan diri menumbuhkan sikap berbagi dan bergiliran pada diri K, serta mengenalkannya pada situasi-situasi tertentu yang justru tak tepat baginya untuk berbagi.
Terutama kepada orang tak dikenal tanpa pengawasan kami.
***
Sore itu, K diajak ibunya nongkrong di taman bermain lingkungan apartemen, di mana terdapat pula lapangan basket.
K larut dalam keseruan menonton kakak-kakak dan om penghuni apartemen dalam bermain basket. Kedua tim yang bermain saling berkejaran mencetak poin demi poin.
Dalam suatu momen, terjadi perebutan bola liar yang cukup sengit di antara pemain kedua tim.
Saat kedua pemain berusaha sekuat tenaga untuk merebut dan menguasai bola, tiba-tiba K berteriak dari pinggir lapangan, “Om, main bolanya gantian, jangan rebutan!“
Lah?

hahahaha, si K maaahhh, terlalu mendalami makna berbagi, haaahahah.
Emang ya, mendampingi dan memperhatikan tumbuh kembang anak itu bikin senyum-senyum sendiri.
Ini sama banget dengan anak pertama saya dulu, nggak kenal berbagi, nggak kenal yang namanya gantian.
Akhirnya kami sering aja ke playground gitu, dimulai dengan drama egoisnya, lama-lama dia bisa mengerti tentang berbagi, makin terlatih setelah dia saya titipin di daycare selama setahun 🙂
Sehat selalu ya K yang lucu dan gemesin 🙂
Iya Mbak Rey, tingkah polah anak bisa menjadi hiburan tersendiri, walaupun kadang mengagetkan bahkan mengesalkan. Hehe.
Terima kasih idenya Mbak.Kami perlu belajar juga ini dari Mbak karena sudah lebih berpengalaman mendidik anak.
Akhir artikelnya kocak tenan
Kalau tidak berebut bola namanya bukan permainan bola 😀
Betul sekali saya setuju, anak diajarkan lewat cerita saat mau tidur. Diselipkan pesan moral untuk berbagi. Saya setuju sekali.
Tapi yang namanya anak kecil, walau egois tetaplah lucu. Orang dewasa pasti akan memakluminya
Iya Om, memang susah-susah gampang mengajari anak-anak. Tapi semoga kita semua tidak mudah menyerah untuk mendidik anak masing-masing demi bekal moral dan karakter di masa depan mereka.
ahaahah main bolanya jangan rebutan
ini jadi permainan lempar bola
lucu banget si K ini
semoga tumbuh jadi anak soleh dan cerdas
amin…
Halo Mas, terima kasih atas kunjungannya. Juga untuk doanya yang baik untuk K.
Sehat selalu ya Mas.
Langsung ngakak baca bagian terakhir ahahaha. Dulu aku juga berpikiran sama seperti si K sih, kesel gegara nontonin orang-orang terik waktu nonton pertandingan bola.
“Itu kenapa nggak dikasih bola satu per satu aja sih biar pada nggak rebutan??”
~~XD
Sehat selalu untuk si K 😀 semoga makin banyak cerita yang membuat gemassss 😀
Halo Mbak, terima kasih ya sudah menyempatkan berkunjung.
Iya tuh Mbak, untung mas-mas yang main basket cuma menganggap angin lalu saja nasihat K. Hehe.
Terima kasih juga untuk doanya. Semoga sehat selalu untuk Mbak sekeluarga.