Pandemi Covid-19 di Jakarta, telah membuat perubahan yang sangat drastis dalam keseharian saya, Rebecca istri saya dan K. Biasanya, sebelum pandemi ini terjadi, setiap pagi, saya dan Becca harus buru-buru ke kantor, meninggalkan K di rumah bersama pengasuhnya, Bu Jun. Tapi sejak 16 Maret 2020 lalu, kami harus bekerja sebagai pegawai dari rumah.

Kami tak perlu lagi bangun terlalu pagi dan sudah harus memulai perjalanan ke kantor paling telat pukul 6.45 pagi. Baru tiba kembali di rumah, sore hari sekitar pukul 17.00 atau lebih, tergantung situasi lalu lintas yang kami lalui.

Seharian selama kami bekerja di kantor, K menghabiskan waktunya bersama Bu Jun, pengasuhnya, yang datang setiap pagi sebelum kami berangkat ke kantor dan pulang setelah kami tiba di rumah. Pada hari libur kerja, atau akhir pekan, kami meliburkan Bu Jun.

***

Sudah hampir dua bulan, kami selalu berada di rumah, bersama K. Sesekali saya atau Becca bergantian masuk kantor karena tugas piket atau ada tugas penting yang harus diselesaikan di kantor.

Selama hampir dua bulan ini pula, Bu Jun kami liburkan dari rutinitasnya menjaga K di rumah.

Setiap pagi, K terbangun di sisi kami. Biasanya di hari normal, ia bangun setelah kami berangkat ke kantor. Terkadang ia bangun lebih pagi dan melepas kami pergi di pintu depan.

Pada sore hari, K akan menyambut kami datang dan mengajak saya bermain. Seperti yang saya ceritakan di tulisan berjudul Teman dan Taman Bermain.

Tentu menghabiskan waktu seharian penuh bersama K adalah impian kami sejak lama. Saya tak bermaksud mengambil keuntungan dari situasi ini, tapi memang benar kata orang, selalu ada hikmah di balik suatu kejadian.

Satu hal menyenangkan di situasi ini adalah kami boleh bangun tidur di pagi hari tanpa harus segera beranjak meninggalkan K yang masih lelap dalam tidurnya.

Kami bisa mengamati kesehatannya, pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasannya, serta punya lebih banyak waktu untuk dilalui bersama.

Tapi tak selamanya kondisi ini menyenangkan untuk kami bertiga. Sudah pasti waktu yang tersedia harus dibagi untuk urusan lain, termasuk urusan kantor tentu saja.

Misalnya, setiap pagi saya harus mengadakan rapat dengan rekan kerja yang lain melalui aplikasi video conference. Pernah juga saya harus mengadakan rapat dengan pihak lain yang memakan waktu lebih lama, atau mengerjakan tugas yang harus menjadi prioritas, maka K hanya mendapat perhatian dari ibunya, yang mengalah tak memasak di hari itu.

Begitu juga sebaliknya, saat Becca harus mengerjakan urusan kantor, K bermain bersama saya.

Tak selamanya kondisi itu bisa diterima oleh K, yang bulan ini memasuki umurnya ke-33 bulan. Kadang dia ingin bermain bersama saya, di saat saya harus bekerja, atau sebaliknya, ingin bersama ibunya di saat Becca sibuk melakukan urusan kantor.

Sering kali pula, kami tak bisa fokus menyelesaikan pekerjaan karena K tertarik dengan laptop yang kami pergunakan untuk bekerja. Seperti cerita kami yang berjudul Kayika yang Norak, laptop menjadi salah satu barang yang mudah menarik perhatiannya.

Selain urusan kantor, saya dan istri juga harus menyelesaikan urusan rumah tangga. Becca kebagian tugas memasak, sementara saya mencuci pakaian dan menyetrika. Serta urusan lainnya yang bisa kami lakukan bergantian, seperti mencuci piring, bebersih rumah, mengurusi K, dsb.

Kami jadi harus pandai merencanakan kegiatan harian dan membuat prioritas harian, mana yang harus dikerjakan lebih dulu.

Satu hal yang pastinya kurang mengenakkan di situasi pandemi ini adalah kekhawatiran akan kesehatan kami. Kondisi kami yang tinggal di rumah susun, membuat program stay at home tak sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya.

Bagaimana pun, kami harus berinteraksi dengan penghuni lain dan berbagi fasilitas dengan banyak orang, seperti lift, toko kelontong dan minimarket. Bahkan untuk melakukan rutinitas berjemur di pagi hari pun, kami harus melakukannya bersama-sama penghuni lain yang tak semuanya kami kenal dekat.

Perhatian terbesar kami tentu saja kesehatan K. Dia tak sepenuhnya mengerti apa itu virus Korona, bagaimana penularannya dan bagaimana penanganannya. Membujuknya makan sayur lebih banyak, makan buah lebih sering atau mencuci tangan sebersih mungkin masih sulit kami lakukan, padahal itu sangat penting di kondisi seperti ini.

***

Saya pribadi sangat berharap situasi tak sehat ini segera berlalu, meskipun mungkin di saat itu, tak ada lagi kebersamaan seperti sekarang yang saya rasakan bersama keluarga di setiap hari.

Semoga virus yang mewabah ini segera ditemukan obat atau vaksinnya, sehingga tak ada lagi ancaman serius bagi kesehatan kita semua bila kembali beraktivitas di luar rumah. Sebab bagaimana pun, K membutuhkan hiburan dan pengetahuan lain di luar sana.

Begitu juga kami.

Digiprove sealCopyright secured by Digiprove © 2020 Kayika Pushandaka